Penulisan Artikel Opini Film Istirahatlah Kata-kata Oleh Melinda Sari
Hanya
Ada Satu Kata : Lawan!
Untuk
Film : Istirahatlah Kata-kata
”Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan” secarik
baris puisi Wiji Thukul yang membuatnya menjadi buronan pada masa rezim
Soeharto. Penyair asal Solo yang kata-katanya benar-benar merdeka, suaranya tak
dapat di penjarakan. Aktivis yang kritis si penggagas aksi demonstran, pemecah
kebungkaman mulut orang-orang yang terkurung selama berpuluh tahun. Wiji
Thukul, pahlawan yang hilang.
Film Istirahatlah Kata-kata merupakan visualisasi
biografi sang Wiji Thukul yang diperankan oleh Gunawan Maryanto, Gunawan
benar-benar ahli dalam memerankannya. Meski tidak banyak dialog yang ia
ucapkan, mimik yang ia tampilkan pada setiap adegan sudah sangat mewakili
bagaimana rasa takut, cemas dan putus asa sehingga bisa tergambar dengan jelas
bagaimana situasi pada saat itu.
Tak lupa pula sosok Sipon, istri sang Wiji Thukul yang
diperankan oleh Marissa Anita ia sangat apik memerankan sosok seorang ibu yang
harus menjalani hidup dengan penuh pilu, menahan tekanan dari aparat yang
selalu menginterogasinya setiap saat, dan penyayang. Memang sangat berlawanan,
jika sang presenter yang cantik seperti Marissa disandingkan dengan sosok
Gunawan, tapi sang sutradara sangat pandai menyatukan dua insan yang
berseberangan itu dalam satu cerita.
Film Istirahatlah Kata-kata cerita kehidupan sang penyair
kritis yang membosankan, karena selama kurang lebih satu jam film ini
dihabiskan dengan suasana keheningan yang mencekam dan pembacaan penggalan demi
penggalan puisi Wiji Thukul oleh Gunawan. Sangat membosankan dan membuat orang
mengantuk,, tapi di pertengahan film ada adegan lucu oleh Gunawan, Dhafi
(Thomas) dan Eduwart (Martin) di salah satu kedai dan adegan ini cukup
menghibur meski tidak lama.
Hanya saja film Istirahatlah Kata-kata lebih banyak
menampilkan pelarian sang Wiji Thukul dari aksi buronan rezim, dalam film ini
tidak banyak ditampilkan bagaimana perjalanan hidup nyata Wiji Thukul seperti
kisahnya sebagai aktivis kritis yang bergerilya saat aksi demonstran. Seharusnya
aksi Wiji di tampilkan bagaimana tersiksanya dia saat melakukan aksi demonstran
yang menyebabkan telinganya tuli dan matanya yang nyaris buta. Karena hal
tersebut, pemvisualisasian biografi sosok Wiji Thukul kurang lengkap dalam film
Istirahatlah Kata-kata ini.
”Sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah
hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?” sebait penggalan puisi sang Wiji
Thukul yang sangat menyindir tajam akan kepemimpinan pada masa itu. Betapa
suramnya kehidupan bangsa Indonesia, demokrasi hanyalah teori dan lambang
pelengkap susunan kepolitikan yang palsu.
”Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri” sepenggal wakil dari
suasana yang kejam dari polemik pembangunan di Indonesia, Wiji Thukul sangat
peka akan rasa. Tentang kalangan akar rumput yag makin terusir di tanah sendiri
karena pembangunan. Dan suara-suara yang terpenjara bertahun-tahun itu akhirnya
merdeka, meneriakkan reformasi.
Pemilihan ending dalam film ini sangat mengharukan, film
ini sangat eksotis dan tajam akan romantisme sosok Wiji dan Sipon.
”Aku tidak ingin kau pergi
Aku juga tidak ingin kau pulang
Yang aku ingin kau ada” penggambaran kerinduan seorang
istri yang menahan tombak hidup tanpa seorang suami.
Seharusnya film ini
dijadikan tontonan wajib bagi generasi muda, layaknya seperti film
Pengkhianatan G 30 S PKI. Agar generasi muda lebih mengetahui bahwa Indonesia
tempo rezim Orde Baru mengalami pembungkaman demokrasi.
Merdeka Suci wahai Wiji Thukul, pahlawan yang hilang.
Tentang Penulis
Melinda Sari lahir 14 tahun silam di Pekanbaru, Riau 28
Januari 2003. Menjadi orang yang introvert dan menuangkan kepiluan didalam
tulisan, sekarang tengah mengenyam pendidikan di SMPN 27 Pekanbaru, Riau.
Beralamat di Riau, Pekanbaru, kecamatan Rumbai, Kelurahan Sri Meranti, Jalan
Nelayan Gang SMPN 27 Pekanbaru RT 4 RW 1. Tak pernah mengikuti kursus menulis,
hanya terpaut dengan jiwa nasionalisme yang terinspirasi dari tokoh Soekarno.
Nomor telepon 0819 2726 3688, sangat mengidolakan HAMKA. Akun Facebook Imel S.
Sok pula kau dasar wow
BalasHapus